Tepat Ketika Saya Sedang Mengeluh, Tuhan Sedang Bekerja…
Saya ingin menceritakan sebuah kisah yang menakjubkan.
Lizette menceritakan pengalaman ini kepada saya pagi ini dan saya langsung tahu bahwa saya harus membagikan cerita ini kepada Anda.
Nick dan Lizette adalah teman baik saya. Lizette membantu saya dalam Catholic Filipino Academy, dimana kami menolong para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di rumah. (Kalau saja Anda tertarik dengan pekerjaan kami. Kunjungi http://www.catholicfilipinoacademy.com/) Beberapa bulan lalu suaminya, Nick, mendapatkan tawaran kerja di Kanada dan sedang mengurus ijin kerja. (Ya, dalam beberapa bulan, saya akan kehilangan Lizette dari tim saya karena dia akan menyusul suaminya di Toronto.)
Ini yang terjadi dengan mereka. Nick perlu melalui beberapa tes kesehatan untuk pengajuan ijin kerjanya. Beberapa hari kemudian, dokternya menelepon dan memberitahukan bahwa dia menemukan gumpalan daging dalam hasil scan Rick. Karena khawatir, dia menyuruh Nick untuk melakukan CT Scan. “Mungkin saja itu merupakan pembengkakan pembuluh darah yang memerlukan operasi segera,” demikian kata dokternya.
Tetapi Nick tenang-tenang saja. “Dokter, gumpalan daging itu mungkin saja adalah ginjal ketiga saya.” Ini merupakan suatu kondisi yang tidak berbahaya yang telah diketahui dokter Nick di Manila bertahun-tahun yang lalu. Gejala ini hanya terjadi satu diantara dua juta orang.
Tetap saja, dokter tersebut bersikeras meminta Nick untuk melakukan CT Scan.
Tapi Nick punya satu masalah. CT Scan itu biayanya $1100 (= 11 Juta Rupiah). Tinggal di Kanada tanpa ijin kerja, boleh dibilang dia hampir tidak punya uang.
Dan ketika Lizette mendengar berita ini, dia sangat terganggu dan mulai mengeluh kepada Tuhan, “ Tuhan, mengapa Engkau melakukan ini kepada kami? Bagaimana kami bisa membayar semua ini?” Dia berteriak kepada Tuhan.
Tetapi tepat di saat dia sedang mengeluh, Tuhan sedang merancang karyaNya yang indah. Saat itu, Nick sedang menghadiri Retret Pria di Kanada. Dengan dua puluh tiga pria yang lain, pimpinan dari lima persekutuan doa para imigran di Kanada dari kebangsaan yang berbeda-beda – Latin , India , Filipin.
Di dalam hatinya, Nick merasakan desakan dari Tuhan mengatakan kepadanya, “Anakku, ceritakan masalahmu kepada pimpinan kelompok kecilmu.” Tentu saja, Nick merasa malu untuk menceritakan masalahnya dan menjadi beban bagi orang-orang yang baru saja dia kenal. Dia juga takut ditolak dan dipermalukan. Sekali lagi dia merasakan bisikan, “Percayalah kepada orang-orang ini.. mereka adalah anak-anakKu. Mereka akan menjagamu.” Tidak terlalu yakin bahwa ini adalah bisikan dari Tuhan, Nick hanya tutup mulut dan berdoa Tuhan memberi dia tanda.
Namun setelah salah satu session dalam retret itu, para peserta masuk ke dalam kelompok kecil. Dan pertanyaan sharing ditampilkan di layar “Jika Anda membutuhkan $1000, siapa teman-teman yang akan membantumu?”
Kata-kata itu seperti petir di siang bolong bagi Nick. Ya, Tuhan ingin dia membagikan masalahnya! Pada saat itu, Nick mulai menangis ketika dia merasa seakan-akan Tuhan yang berkata melalui pimpinan kelompok kecilnya, “Jangan khawatir, saya akan memenuhi kebutuhanmu.”
Jadi Nick menceritakan masalahnya kepada kelompok kecilnya. Dan pimpinan kelompoknya berkata, “Ceritakan kepada semua peserta retret.” Sekali lagi Nick merasa malu, tapi pimpinannya bersikeras, jadi dia pun menceritakannya di depan semua orang.
Semua langsung menanggapi. Sebuah keranjang persembahan diedarkan dan para pria itu memberikan $10, $20, $50… Seorang pria memberikan $200. Dan sekelompok pria memberikan $750.
Pada hari itu, $1500 dikumpulkan untuk Nick, lebih banyak dari yang dia butuhkan.
Nick sangat terharu melihat kasih yang ditunjukkan oleh para pria di sekitarnya. Dan juga kasih Allah melalui mereka. Tuhan memakai masalah Nick untuk mengubah 32 orang asing menjadi saudara yang dengan tulus mengasihi dan menolong satu sama lain.
Seorang pria dalam kelompok itu bahkan berkata, “Seandainya dokter menemukan bahwa engkau memerlukan operasi, beritahu saya. Saya seorang bankir. Saya akan menjamin pinjamanmu.”
Di Manila, istrinya Lizette mendengar kabar baik tersebut, dan mulai menangis lagi. Kali ini, dengan sukacita… dan malu. “Bo, saya sungguh malu, “ dia bercerita kepada saya, “Karena pada saat saya sedang mengeluh, Tuhan sedang memenuhi kebutuhan kami.”
Hari ini Nick sudah melalui CT Scan, dan benar saja, gumpalan daging yang dicurigai itu adalah lambung ketiganya. Dan ketika saya menulis tulisan ini, hasil pemeriksaan kesehatannya sedang diproses di imigrasi dan segera, Nick akan menerima ijin kerjanya.
Saya mengenal Nick dan kemampuannya. Selain pekerjaannya di bidang IT yang sudah menunggu, dia juga membangun bisnis ‘wisata medis’. Saya tahu Nick akan berhasil dalam waktu dekat.
Tapi pengalaman yang membuatnya rendah hati itu, karena harus menjadi pihak yang menerima bantuan dari orang lain akan selamanya terpatri dalam hatinya. Dan segera, Nick akan berada di tempat dimana dia akan menjadi pihak yang memberi kepada orang lain yang juga berada di situasi yang sama dengan dirinya.
Saya tahu itu. Karena bertahun-tahun lalu, saya lebih miskin daripada tikus got, saya ingat menerima uang dari orang-orang yang dermawan. “Ini untuk ongkos pulang.” Seseorang menyelipkan 100 Peso (Rp 20.000,-) di saku saya. Seorang yang lain akan menjabat tangan saya dan menyelipkan sebuah amplop sambil berkata, “Ini bukan untuk pelayanan Bo. Ini untuk kamu – untuk membeli apapun yang kamu butuhkan.” Saya membuka amplopnya dan menemukan 10.000 Peso (Rp 2.000.000,-). Saya masih menangis ketika mengingat pemberian kasih ini.
Hari ini Tuhan memberkati saya dengan penghasilan tambahan untuk kebutuhan pribadi saya. Dan ya, saya sekarang menjadi pihak yang memberi kepada orang lain. Sungguh suatu sukacita untuk bisa membagi berkat kepada orang lain.
Saya katakan kepada Lizette bahwa Tuhan tidak keberatan kalau kita mengeluh. Kita tidak perlu merasa malu.
Dia mencintai kita, semua kita – termasuk dengan air mata, kekuatiran, dan keraguan kita.
Dan semua ketidaksempurnaan kita tidak akan mencegahnya untuk memberkati kita.
Di belakang layar, Tuhan sedang merancang karya yang indah untuk kita.
Tetap sahabatmu,
Bo Sanchez.
Source : Bo Sanchez